Cari Blog Ini

Senin, 23 Februari 2009

Bung Presiden Terhormat

20-1-09/07.37

Telah lama saya mengamati kebijakan bung, terutama kebijakan mengenai perekonomian. Sejauh yang saya lihat, bung presiden berusaha untuk melayani dan merangsang kemajuan dua area ekonomi secara serentak dan sekaligus yang sebetulnya antara keduanya saling kontradiksi. Kedua area yang saya maksudkan itu adalah perekonomian para rakyat jelata dan perekonomian para konglomerat. Tahukah bung Presiden bahwa keberadaan dan kelangsungan para konglomerat di dalam menjalankan sistem operasi perusahaannya bertumpu pada penghisapan dan penginjakan pada para rakyat jelata? Sebagai terpelajar tentu bung Presiden mengerti, konglomerasi hanya akan berkembang dalam iklim kapitalisme, sementara apabila kapitalisme dibiarkan apalagi dilindungi pula, sudah barang tentu mengambil korban dalam bentuk penghisapan atas rakyat jelata.

Oleh sebab itulah saya risau dengan tuntutan dari kaum pengusaha dan konglomerat agar pemerintah menciptakan iklim yang kondusif kepada mereka. Yang mereka maksudkan iklim yang kondusif itu sendiri adalah iklim pasar bebas minim dan bila perlu nihil intervensi pemerintah. Dan nyatanya mereka telah berhasil.

Pada saat yang bersamaan, bung presiden menggelontorkan anggaran yang bertujuan mengikis kemiskinan lewat PNPM mandiri. Tapi apakah hal itu akan signifikan mengikis kemiskinan? Sejauh ini saya masih belum sepenuhnya yakin akan keampuhan program yang menjangkau rakyat jelata tersebut. Sebab masalah kemiskinan yang menghimpit mereka, tidak saja oleh faktor-faktor akses dana dan keterampilan berwirausaha seperti yang diasumsikan dalam pemikiran dasar program tersebut. Pertanyaan sederhana saja, bagaimana mungkin para rakyat jelata yang disentuh PNPM Mandiri itu secara massal dan serentak akan tumbuh berkembang tetap di hadapan keadaan status quo gurita bisnis konglomerat yang juga dalam keadaan tetap? Sudah barang pasti sistem bisnis konglomerat akan mengunyah bisnis-bisnis rakyat jelata. Kalau pun ada yang lolos, hal itu lebih karena konglomerat belum bermain di arena itu, atau juga tidak merasa perlu bermain di arena itu. Tapi siapakah yang mampu menghalangi sifat dasar ekspansif untuk mengakumulasi keuntungan dan modal sebesar-besarnya dari sistem kapitalisme yang dianut oleh para konglomerat?

Apabila pemerintah atau bung Presiden ambigu di dalam mendudukkan diri dalam konstelasi kepentingan dan posisi politik para rakyat jelata dan para konglomerat sudah barang tentu kemiskinan tidak akan pernah terkikis dari para rakyat jelata secara tuntas. Sebagai seorang pemimpin dan pengatur negara, bung Presiden harus lebih mementingkan dimensi dan soliditas kenegaraan. Konglomerat hanya bagian kecil dari komponen negara. Karena itu mereka tidak diperkenankan mendikte bung Presiden sesuai kepintingan sektoral mereka. Sebagai komponen, wajib diatur dan disesuaikan dengan kepentingan visi negara yang solid.

Saya kira, sudah jelas maksud surat saya ini kepada bung Presiden. Bung Presiden harus berdiri di luar kepentingan para pengusaha dan merapatkan diri kepada para rakyat jelata di dalam rangka membela meraka. Aturlah para pengusaha itu agar agenda mereka tidak mengangkangi agenda negara yang lebih luas dan besar.

Tidak ada komentar: