Cari Blog Ini

Senin, 28 Desember 2009

Hari Gene Jadi Intelektual Informan?

Mengapa hari gene masih ada anak-anak Muslim yang meletakkan diri sebagai intelektual informan bagi bangsa lain? Saya kemukakan ini karena baru saja saya mencermati secara rinci opini seorang bernama Ahmad Najib Burhani di Kompas, 30 November 2009 dengan judul 100 Tahun Muhammadiyah. Saya tidak melihat signifikansi tulisannya itu selain untuk mengajak pembaca untuk melihat wajah Muhammadiyah dalam tiga kategori: puritan, salafis, dan progresif. Puritan, katanya, konservatif dalam beragama, tetapi orientasinya duniawi. Salafis, amat peduli terhadap kode dan ritual keberagamaan, orientasinya semata-mata akhirat. Keselamatan terletak pada keimanan, bukan aktivitas sosial. Tidak tertarik perdebatan teologis karena terlalu intelektualisme. Sedangkan progresif, percaya pada kesesuaian Islam dan Barat dan berusaha mengadopsi nilai dan ilmu dari Barat. Kelompok ini amat peduli dengan teologi dan menjadikan intelektualisme sebagai jalan pembebasan dan keselamatan. (Kompas, 30 November 2009, h. 7)


Pikiran lurus saya hanya bertanya, apa benar dasar yang dibangun pada kategori semacam itu terhadap Muhammadiyah dewasa ini? Apakah Muhammadiyah dapat dibelah secara tegas menurut kategori simplikatif seperti itu? Apakah mereka yang peduli terhadap kode dan ritual keberagamaan tidak tertarik pada debat intelektualisme? Demikian seterusnya? Dan ini yang penting, pengkategorian ini, dari sudut pandang dan untuk kebutuhan siapa? Saya ingin bertanya, apakah Muhammadiyah membutuhkan pola kategori anggotanya dengan pendekatan semacam itu?


Saya tidak ingin lebih lanjut melancarkan gugatan karena model kategori semacam ini tidak begitu dikenal dalam ranah kepentingan rekomendasi kebijakan pengembangan Muslim dan terlalu gampang dideteksi untuk kepentingan kebijakan siapa. Untuk masalah-masalah produk tulisan semacam ini pikiran saya selalu teringat atas peringatan S. Parvez Manzoor, “Klasifikasi didasarkan sepenuhnya pada hirarki tema yang cocok dengan selera kritis pihak luar.”


Saya berani jamin, kategori puritan, salafis, atau progresif bukan berasal dari sudut pandang pihak Muslim. Itu jelas kategori yang dilemparkan oleh pihak luar ke kening dinamika umat Muslim untuk dapat dikenali dengan cara kesukaan mereka. Puritan dan salafis saja sudah bernada pejoratif, sedangkan progresif bernada positif. Positif apabila membebek kepada Barat. Wallahua’lam bishshawab.

Tidak ada komentar: